Pages

Rabu, 25 Juni 2014

Makalah Ergonomi dan Hiperkes | Sakit dan Cacat akibat Keja


BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian.
Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Pengalaman empiris menunjukkan bahwa pencapaian kinerja manajemen K3 sangat tergantung kepada sejauh mana faktor ergonomi telah terperhatikan di perusahaan tersebut. Kenyataannya, kecelakaan kerja masih terjadi di berbagai perusahaan yang secara administratif telah lulus audit sistem manajemen K3.
Tahun 2007, menurut Jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697 orang cedera. Data kecelakaan tersebut mencakup seluruh perusahaan yang menjadi anggota Jamsostek dengan jumlah peserta sekitar 7 juta orang atau sekitar 10% dari seluruh pekerja Indonesia. Dengan demikian, angka kecelakaan mencapai 930 kejadian untuk setiap 100.000 pekerja setiap tahun. Oleh karena itu, jumlah kecelakaan keseluruhannya diperkirakan jauh lebih besar. Bahkan menurut World Economic Forum tahun 2006, angka kematian akibat kecelakaan kerja di Indonesia mencapai 17-18 untuk setiap 100.000 pekerja (Soehatman, 2010).
Anas Zaini Z Iksan selaku Ketua Umum Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (A2K4) mengatakan setiap tahun terjadi 96.000 kasus kecelakaan kerja. Dari jumlah ini, sebagian besar kecelakaan kerja terjadi pada proyek jasa konstruksi dan sisanya terjadi di sektor industri manufaktur (Bataviase, 2010). Hasil penelitian yang diadakan ILO (Organisasi Perburuhan Internasional) mengenai standar kecelakaan kerja menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan ke-152 dari 153 negara yang ditelitinya. Ini berarti, begitu buruknya masalah kecelakaan kerja di Indonesia (Portal Nasional Republik Indonesia, 2010). Sedangkan sumber lain mengatakan bahwa per Juli 2009, Indonesia duduki peringkat ke 141 dari 156 negara dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Terdapat pula sumber lain yang mengatakan bahwa pada 2007 saja, angka kecelakaan kerja mencapai 95 ribu kasus dan angka tersebut menempatkan Indonesia di ranking 52 dunia (dimungkinkan beda organisasi dan jumlah sampel). Jumlah masyarakat Indonesia yang mendapatkan jaminan kesehatan baru sekitar 48 persen. Jumlah ini masih lebih rendah dibanding dengan negara Vietnam yang sudah mencapai 55 persen dan negara Filipina sebesar 76 persen. Menunjukkan kesadaran Indonesia secara umum terhadap kesehatan termasuk kesehatan kerja masih kurang. Berdasarkan data dari departemen tenaga kerja dari 97 juta jiwa pekerja hanya terdapat 1300 petugas pengawas. Jumlah yang tidak seimbang tersebut mengakibatkan pengawsan terhadap hak -hak pekerja (termasuk jaminan keselamatan dan kesehatan kerja) menjadi tidak maksimal (dari sumber yang dipublikasikan pada tahun 2008).
Sangat disayangkan apabila ergonomi sering disalah-artikan dan hanya dikaitkan dengan aspek kenyamanan (perancangan kursi) atau dimensi fisik tubuh manusia. Akibatnya, aplikasi ergonomi masih belum dianggap penting, terutama di perusahaan – perusahaan di Indonesia, sehingga banyak sekali rancangan sistem kerja yang tidak ergonomi. Hal ini terlihat dari ketidaksesuaian antara pekerja dengan cara kerja, mesin, atau alat kerja yang dipakai, lingkungan tempat kerja, atau menyangkut pengaturan beban kerja yang tidak optimal. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.

1.2         Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan sakit dan cacat?
2.      Bagaimana konsep ergonomi dalam linkungan kerja?
3.      Bagaimana dampak dari kerja tidak ergonomis yang berakibat pada sakit atau cacat?
4.      Apa penyebab dari sakit atau cacat diakibatkan karena kerja yang tidak ergonomis?
5.      Bagaimana pencegahan dari sakit atau cacat akibat kerja yang tidak ergonomis?
6.      Bagaimana kasus yang ada tentang sakit atau cacat akibat kerja yang tidak ergonomis.

1.3         Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui definisi sakit dan cacat?
2.      Untuk mengetahui konsep ergonomi dalam lingkungan kerja?
3.      Untuk mengetahui dampak dari kerja tidak ergonomis yang berakibat pada sakit atau cacat?
4.      Untuk mengetahui penyebab dari sakit atau cacat diakibatkan karena kerja yang tidak ergonomis?
5.      Untuk mengetahui langkah pencegahan dari sakit atau cacat akibat kerja yang tidak ergonomis?
6.      Untuk mengetahui kasus yang ada tentang sakit atau cacat akibat kerja yang tidak ergonomis serta solusi yang diberikan.


1.4         Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi pembaca yakni sebagai berikut :
1.      Menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai masalah ergonomi ditempat kerja.
2.      Sebagai sarana informasi bagi pekerja dan perusahaan untuk lebih memperhatikan tentang masalah ergonomi ditempat kerja.
3.      Dapat dijadikan sebagai referensi dalam penulisan selanjutnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Pengertian Sakit dan Cacat
            Sakit adalah persepsi seseorang bila merasa kesehatannya terganggu. Sakit yaitu defiasi / penyimpangan dari status sehat yakni sehat adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU. No. 36 Tahun 2009). Menurut Pemons (1972), sakit merupakan gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya. Bauman (1965) mengemukakan bahwa Seseoang menggunakan tiga kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit :
1.        Adanya gejala : Naiknya temperature dan nyeri.
2.        Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, dan sakit.
3.        Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja dan sekolah.
          Penyakit adalah istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkuranya kapasitas.
          Berbeda dengan definisi sakit, Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia cacat adalah kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau kurang sempurna. Disabilitas atau cacat adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya; suatu pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi kehidupan.

2.2     Konsep Ergonomi dalam Linkungan Kerja
2.2.1  Pengertian Ergonomi
            Ergonomi yaitu ilmu yang penerapanya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan factor manusia seoptimal-optimalnya. (Dr. Suma’mur P.K, M.Sc : 1989 hal 1). Ergonomi adalah komponen kegiatan dalam ruang lingkup hiperkes yang antara lain meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbale balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.
            Ergonomi mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan manusia. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress atau tekanan yang akan dihadapi. Salah satu upaya yang dilakukan antara lain menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembapan. Hal ini bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada salah satu definisi yang menyebutkan bahwa ergonomi bertujuan untuk “fitting the job to the worker”. Ergonomi juga bertujuan  sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya. (ILO)

2.2.2  Tujuan, Manfaat dan Ruang Lingkup Ergonomi
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat. Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ilmu ergonomi.
Tujuan-tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut (Tarwaka, 2004):
·       Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
·       Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
·       Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja. Menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi, yaitu sebagai berikut:
·           Bekerja dalam posisi atau postur normal.
·           Mengurangi beban berlebihan.
·           Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan.
·           Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh.
·           Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan.
·           Minimalisasi gerakan statis.
·           Minimalisasikan titik beban.
·           Mencakup jarak ruang.
·           Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.
·           Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja.
·           Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti.
Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:
·           Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
·           Menurunnya kecelakaan kerja.
·           Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
·           Stress akibat kerja berkurang.
·           Produktivitas membaik.
·           Alur kerja bertambah baik.
·           Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
·           Kepuasan kerja meningkat.

2.2.3   Metode-metode Ergonomi
1.        Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2.        Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3.        Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.

2.2.4   Aplikasi Ergonomik
1.        Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2.        Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3.        Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4.        Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
5.        Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:
·         Laki-laki dewasa 40 kg
·         Wanita dewasa 15-20 kg
·         Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
·         Wanita (16-18 th) 12-15 kg
6.          Organisasi kerja
            Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
·    Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
·    Frekuensi pergerakan diminimalisasi
·    Jarak mengangkat beban dikurangi
·    Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
·    Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
7.        Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
·         Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
·    Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1         Sakit, Cacat dan Permasalahan Kesehatan Akibat Kerja yang Tidak Ergonomis
Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) atau ergonomi di tempat kerja. Oleh karena itu, jika suatu sistem tidak menerapkan K3 atau ergonomi atau menerapkannya tapi masih minimal atau menerapkannya tapi kurang tepat dengan cara yang salah atau buruk maka dapat mengakibatkan kecelakan-kecelakaan kerja. Di bawah ini, sakit atau cacat yang timbul akibat kerja yang tidak ergonomis :
Saat Kondisi tidak Ergonomis
Sakit/Cacat
Beban Angkat
HNP,LBP
Cara Mengangkat
Trauma Otot & Sendi
Posisi tidak ergonomis
Mosculeskeletal disorder
Gerakan Repetitif
Carpal tunel syndrome
Konstraksi Statis
Kelelahan, nyeri otot

3.1.1   MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)
Keadaan timbulnya MSDS pada pekerja umumnya diketahui dari keluhan pada otot pekerja tersebut. Secara garis besar, keluhan pada otot dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a.       Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi akibat otot dikenai suatu beban, dan keluhan ini akan hilang bila pembebanan dihentikan.
b.    Keluhan menetap (irreversible), yaitu keluhan otot yang walaupun pembebanan telah dihentikan, sakit atau nyeri pada otot masih terasa.
1.             HNP (Hernia Nukleus Pulposus)
HNP adalah suatu keadaan di mana sebagian atau seluruh bagian dari nukleus pulposus mengalami penonjolan kedalam kanalis spinalis. Penyebab HNP sendiri bermacam-macam, mulai dari gerakan yang salah sehingga tulang punggung mengalami penyempitan kebawah, ada juga yang karena sering membawa beban berat pada posisi yang salah sehingga pada saat dewasa tulang punggungnya mennyempit dan menjepit saraf.
2.        LBP (Low Back Pain)
Low Back Pain (LBP) atau dalam bahasa indonesia adalah nyeri punggung bawah (NPB) adalah suatu gejala berupa nyeri dibagian pinggang yang dapat menjalar ke tungkai kanan atau kiri. Faktor risikonya ialah mengangkat beban  berat berulang, membungkuk, gerak berlebihan, dan menggunakan alat  dengan getaran. Postur statik, misalnya, duduk terlalu lama juga  merupakan faktor risiko utama.
3.      Carpal Tunel Syndrome (CTS)
CTS terjadi akibat gerakan repetitif dari pergelangan tangan yang menekuk, memegang benda kerja atau perkakas dengan sangat erat, atau secara terus-menerus menekankan pergelangan tangan pada benda kerja yang keras. Gejala-gejala umum pada CTS ini adalah pergelangan tangan yang mati rasa, terasa kebas, terasa seperti terbakar, dan nyeri. Dalam beberapa kasus, bahkan timbul tonjolan otot di dasar ibu jari, telapak tangan yang kering dan memucat, serta keadaan tangan yang sulit digerakkan.
4.      Raynaud’s syndrome
Raynaud’s syndrome atau yang lebih dikenal dengan white finger disease merupakan masalah WMSD di saraf dan pembuluh darah tangan. Sindrom ini sering disebabkan oleh penggunaan peralatan kerja yang menimbulkan getaran. Akibat getaran ini serta rendahnya temperatur lingkungan kerja, pekerja kemudian mengalami mati rasa dan kebas pada jari-jari tangannya. Jemari pekerja kemudian berubah menjadi putih pucat, kemudian biru, dan akhirnya merah.
5.      Tendinitis
Tendinitis merupakan radang dan luka di tendon, yang disebabkan oleh pergerakan berulang dari sambungan tulang dan otot (joint).Gejala-gejala yang muncul dari MSDs ini adalah nyeri seperti terbakar, tendon yang membengkak, jari yang menggeretak atau berderik (crepitus), dan Ganglionic cysts. Tendonitis berkaitan erat dengan pekerjaan yang memerlukan gerakan berulang (seperti penggunaan staple gun), serta gerakan memutar atau memelintir (contohnya pada penggunaan obeng). Peralatan atau perkakas kerja yang terlalu kecil atau terlalu besar untuk ukuran tangan pekerja juga turut menambah tekanan pada tendon.
6.        Thoraris outlet syndrome
Thoraris outlet syndrome merupakan diagnosa MSDs lainnya. Sindrom ini berupa pengurangan aliran darah di daerah bahu dan lengan, yang disebabkan oleh pekerjaan di atas kepala atau membawa beban berat di tangan dengan posisi lengan yang lurus ke bawah terus-menerus. Diagnosa lainnya adalah Carpet layer’s knee, yaitu sindrom MSDs yang disebabkan oleh lutut yang berulang kali bertumpu di lantai, saat melakukan pekerjaan menggelar karpet.
7.             Skoliosis
Skoliosis adalah keadaan melengkungnya tulang belakang seperti huruf ’S’, dimana intervertebral discs dan tulang vertebra retak. 
8.             Spondylolisthesis
Spondylolisthesis terjadinya pergeseran tulang vertebra ke depan sehingga posisi antara vertebra yang satu dengan yang lain tidak sejajar. Diakibatkan oleh patah pada penghubung tulang di bagian belakang vertebra. 
9.             Acute torticollis adalah salah satu bentuk dari nyeri akut dan kaku leher
10.         Epicondylitis adalah kondisi yang sangat menyakitkan dimana otot yang menggerakkan tangan dan jari bertemu dengan tulang.

3.1.2   Cumulative Trauma Disorder (CTD)
Penyakit timbul karena terkumpulnya kerusakan-kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan yg cukup besar dan menimbulkan rasa sakit (rasa nyeri, kesemutan, pembengkakan). Gejala CTD muncul pada jenis pekerjaan yg monoton, sikap kerja tdk  alamiah, penggunaan otot melebihi kemampuan Faktor risiko terjdnya CTD adalah sikap tubuh yg janggal, gaya melebihi kemampuan jaringan,lama wkt saat melakukan kegiatan yg janggal,

3.1.3   Kelelahan atau Fatigues
Selain itu, pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan / membaginya sebagai berikut :
1.      Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
2.      Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
3.      Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.

3.2         Faktor Risiko Penyebab Sakit Atau Cacat Akibat Kerja yang Tidak Ergonomis
Faktor-faktor Risiko ergonomi adalah unsur-unsur tempat kerja yang berhubungan dengan ketidak nyamanan yang dialami pekerja saat bekerja, dan jika diabaikan, lama-lama bisa menambah kerusakan pada tubuh pekerja diakibatkan kecelakaan. (UCLA-LOSH).
Secara garis besar, faktor-faktor ergonomi yang menyebabkan risiko sakit atau cacat dapat dipaparkan sebagai berikut:
a.         Repetitive Motion
Repetitive Motion atau melakukan gerakan yang sama berulang-ulang. Resiko yang timbul bergantung dari berapa kali aktivitas tersebut dilakukan, kecepatan dalam pergerakan/perpindahan, dan banyaknya otot yang terlibat dalam kerja tersebut. Gerakan yang berulang-ulang ini akan menimbulkan ketegangan pada syaraf dan otot yang berakumulatif. Dampak resiko ini akan semakin meningkat apabila dilakukan dengan postur/posisi yang kaku dan penggunaan usaha yang terlalu besar.
b.      Awkward Postures
Sikap tubuh sangat menentukan sekali pada tekanan yang diterima otot pada saat aktivitas dilakukan. Awkward postures meliputi reaching, twisting, bending, kneeling, squatting, working overhead dengan tangan maupun lengan, dan menahan benda dengan posisi yang tetap. Sebagi contoh terdapat tekanan/ketengan yang berlebih pada bagian low back seperti aktivitas mengangkat benda.
c.       Contact stresses
Tekanan pada bagian tubuh yang diakibatkan karena sisi tepi atau ujung dari benda yang berkontak langsung. Hal ini dapat menghambat fungsi kerja syaraf maupun aliran darah. Sebagai contoh kontak yang berulang-ulang dengan sisi yang keras/tajam pada meja secara kontinu.
d.        Vibration
Getaran ini terjadi ketika spesifik bagian dari tubuh atau seluruh tubuh kontak dengan benda yang bergetar seperti menggunakan power handtool dan pengoperasian forklift mengangkat beban.
e.         Forceful exertions (termasuk lifting, pushing, pulling)
Force adalah jumlah usaha fisik yang digunakan untuk melakukan pekerjaan seperti mengangkat benda berat. Jumlah tenaga bergantung pada tipe pegangan yang digunakan, berat obyek, durasi aktivitas, postur tubuh dan jenis dari aktivitasnya.
f.         Duration
Durasi menunjukkan jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan suatu pekerjaan. Semakin lama durasinya dalam melakukan pekerjaan yang sama akan semakin tinggi resiko yang diterima dan semakin lama juga waktu yang diperlukan untuk pemulihan tenaganya.
g.        Static Posture
   Pada waktu diam, dimana pergerakan yang tak berguna terlihat, pengerutan supplai darah, darah tidak mengalir baik ke otot. Berbeda halnya, dengan kondisi yang dinamis, suplai darah segar terus tersedia untuk menghilangkan hasil buangan melalui kontraksi dan relaksasi otot.
·         Pekerjaan kondisi diam yang lama mengharuskan otot untuk menyuplai oksigen dan nutrisi sendiri, dan hasil buangan tidak dihilangkan. Penumpukan Local hypoxia dan asam latic meningkatkan kekusutan otot, dengan dampak sakit dan letih (grandjean, 1980)
·         Contoh dari ganguan statik termasuk didalamnya: meningkatkan bahu untuk periode yang lama, menggenggam benda dengan lengan mendorong dan memutar benda berat, berdiri di tempat yang sama dalam waktu yang lama dan memiringkan kepala kedepan dalam waktu yang lama.
·         Diperkirakan semua pekerjaan itu dapat di atur dalam beberapa jam per hari tanpa gejala keletihan dalam jika menggunakan gaya yang besar tidak boleh melebihi 8 % dari maksimum gaya otot (Graendjean, 1980).
h.      Physical Environment; Temperature & Lighting
Pajanan pada udara dingin, aliran udara, peralatan sirkulasi udara dan alat-alat pendingin dapat mengurangi  keterampilan tangan dan merusak daya sentuh. penggunaan otot yang berlebihan untuk memegang alat kerja  dapat menurunkan resiko ergonomik.  tekanan udara  panas dari panas, lingkungan yang lembab dapat menurunkan seluruh tegangan fisik tubuh dan akibat di dalam panas kelelahan  dan heat stroke. Begitu juga dengan pencahayaan yang inadekuat dapat merusak salah satu fungsi organ tubuh, seperti halnya pekerjaan menjahit yang didukung oleh pencahayaan yang lemah mengakibatkan suatu tekanan pada mata yang lama-lama membuat keruasakan yang bisa fatal.
9.    Other Condition
·         Kekurangan kebebasan dalam bergerak adalah dipertimbangkan sebagai faktor resiko, ketika pekerjaan operator dengan sepenuhnya telah di perintah oleh orang lain. kandungan kerja dan pengetahuan dipertimbangkan faktor resiko yang lain, ketiha operator hanya melakukan satu tugas dan tidak memeliki kesempatan untuk  belajar satu macam kemampuan ataun tugas.
·         Faktor tambahan dimasukkan organisasi asfek sosial, tidak dikontrol gangguan, ruang kerja, beratnya bagian kerja, dan sift kerja.

3.3 Pencegahan Sakit dan Cacat Akibat Kerja yang Tidak Ergonomis
Untuk melakukan pencegahan terhadap sumber bahaya ada 3 strategi yang dapat dilakukan meliputi:
a.       Pencegahan secara teknis misalnya terhadap jalur pemindahan material, komponen dan produk, merubah proses atau benda untuk mengurangi paparan bahaya pada pekerja, merubah layout tempat kerja, merekayasa bentuk desain komponen, mesin dan peralatan, memeprbaiki merode kerja dan lainnya.
b.      Pencegahan secara administratif misalnya dengan memberikan pelatihan kerja, variasi jenis pekerjaan, memberikan pelatihan tentang faktor-faktor bahaya di tempat kerja, melakukan rotasi pekerjaan, mengurangi jam kerja dan mengatur shift kerja, memberikan istirahat yang cukup dan lainnya.
c.       Menggunakan alat perlindungan diri misalnya masker, sarung tangan, pelindung mesin dan lainnya.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

   Sakit adalah persepsi seseorang bila merasa kesehatannya terganggu. Sakit yaitu defiasi / penyimpangan dari status sehat yakni sehat adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU. No. 36 Tahun 2009). Menurut Pemons (1972), sakit merupakan gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.

   Ergonomi yaitu ilmu yang penerapanya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan factor manusia seoptimal-optimalnya

Metode-metode Ergonomi
1.      Diagnosis
2.      Treatment
3.      Follow-up

   Pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) atau ergonomi di tempat kerja. Oleh karena itu, jika suatu sistem tidak menerapkan K3 atau ergonomi atau menerapkannya tapi masih minimal atau menerapkannya tapi kurang tepat dengan cara yang salah atau buruk maka dapat mengakibatkan kecelakan-kecelakaan kerja.

4.2   Saran

  Dalam uraian penyusunan ini, diajukan saran-saran untuk dijadikan bahan pertimbangan, yaitu di dalam melakukan kegiatan sebaiknya melihat ataupun memperhatikan pencegahan-pencegahan yang ergonomis sesuai dengan strategis-strategis yang telah dijelaskan diatas.

1 komentar:

shynditriana mengatakan...

THANKS <3

Posting Komentar

 
Copyright 2010 Feyzar Muhammad. Powered by Blogger
Blogger Templates created by DeluxeTemplates.net
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase