Pages

Kamis, 26 Juni 2014

Puisi Cinta - Sebuah Tanya (Soe Hok Gie)

SEBUAH TANYA
“akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”
(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)
“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”
(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)
“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?”
(haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)
“manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
 bersama hidup yang begitu biru”
(Soe Hok Gie)

Rabu, 25 Juni 2014

Menanti Bangau Lewat - Cerpen Karya Asma Nadia


Teng !…jam dinding berdentang satu kali. Malam semakin larut, tapi Anis masih duduk di ruang tengah. Sejak tadi matanya sulit terpejam. Baru beberapa jam yang lalu Ibu Mas Iqbal, suaminya, menelepon, "Nis, Alhamdulillah, barusan ini keponakanmu bertambah lagi..." suara ibu terdengar sumringah di ujung sana.

"Alhamdulillah…, laki-laki atau perempuan Bu ?" Anis tergagap, kaget dan senang. Sudah seminggu ini keluarga besar Mas Iqbal memang sedang berdebar-debar menanti berita Dini, adik suaminya, yang akan melahirkan.

"Laki-laki, cakep lho Nis, mirip Mas mu waktu bayi…" Ibu tertawa bahagia. Dini memang adik yang termirip wajahnya dengan Mas Iqbal.

"Selamat ya Bu nambah cucu lagi, salam buat Dini, insya Allah besok pulang kerja Anis dan Mas Iqbal akan jenguk ke rumah sakit" janji Anis sebelum menutup pembicaraan dengan Ibu yang sedang menunggu Dini di rumah sakit.

Setelah menutup telpon Anis termenung sesaat. Ia jadi teringat usia pernikahannya yang telah memasuki tahun ke lima, tapi belum juga ada tangis si kecil menghiasi rumah mereka. Meskipun demikian ia tetap ikut merasa sangat bahagia mendengar berita kelahiran anak kedua Dini di usia pernikahan mereka yang baru tiga tahun.

"Koq melamun !…" Mas Iqbal yang baru keluar dari kamar mandi mengagetkannya. Ia memang pulang agak malam hari ini, ada rapat di kantor katanya. Air hangat untuk mandinya sempat Anis panaskan dua kali tadi.

"Mas, ibu tadi mengabari Dini sudah melahirkan, bayinya laki-laki" cerita Anis.

"Alhamdulillah...Dila sudah punya adik sekarang" senyum Mas Iqbal sambil mengeringkan rambutnya, tapi entah mengapa Anis menangkap ada sedikit nada getir dalam suaranya. Anis menepis perasaannya sambil segera menata meja menyiapkan makan malam.

Selepas Isya bersama, Mas Iqbal segera terlelap, seharian ini ia memang lelah sekali. Anis juga sebenarnya agak lelah hari ini. Ia memang beruntung, selepas kuliah dan merasa tidak nyaman bekerja di kantor, Anis memutuskan untuk membuat usaha sendiri saja. Dibantu temannya seorang notaris, akhirnya Anis mendirikan perusahaan kecil-kecilan yang bergerak di bidang design interior. Anis memang berlatar pendidikan bidang tersebut, ditambah lagi ia punya bakat seni untuk merancang sesuatu menjadi indah dan menarik. Bakat yang selalu tak lupa disyukurinya. Keluarga dan teman-teman banyak yang mendukungnya, akhirnya sekarang ia sudah memiliki kantor mungil sendiri tidak jauh dari rumahnya.

Dan, seiring dengan kemajuan dan kepercayaan yang mereka peroleh, perusahaannya sedikit demi sedikit mulai dikenal dan dipercaya masyarakat. Tapi Anis merasa itu tidak terlalu melelahkannya, semua dilakukan semampunya saja, sama sekali tidak memaksakan diri, malah menyalurkan hobi dan bakatnya merancang dan mendesign sesuatu sekaligus mengisi waktu luangnya. Beberapa karyawan cekatan sigap membantunya. Malah sekarang sudah ada beberapa designer interior lain yang bergabung di perusahaan mungilnya. Itu sebabnya sesekali saja Anis agak sibuk mengatur ketika ada pesanan mendesign yang datang, selebihnya teman-teman yang mengerjakan. Waktu Anis terbanyak tetap buat keluarga, mengurus rumah atau masak buat Mas Iqbal meski ada Siti yang membantunya di rumah, menurutnya itu tetap pekerjaan nomor satu. Anis juga bisa tetap rutin mengaji mengisi ruhaniahnya. Namun karena kegiatannya itu, biasanya ia tidur cepat juga, tapi malam ini rasa kantuknya seperti hilang begitu saja. Berita dari ibu tadi membuat Anis teringat lagi. Teringat akan kerinduannya menimang si kecil, buah hatinya sendiri.

Lima tahun pernikahan adalah bukan waktu yang sebentar. Awalnya Anis biasa saja ketika enam bulan pertama ia tak kunjung hamil juga, ia malah merasa punya waktu lebih banyak untuk suaminya dan merintis kariernya. Seiring dengan berjalannya waktu dan tak hentinya orang bertanya, dari mulai keluarga sampai teman-temannya, tentang kapan mereka menimang bayi, atau kenapa belum hamil juga, Anis mulai khawatir. Fitrahnya sebagai wanita juga mulai bertanya-tanya, apa yang terjadi pada dirinya, atau kapan ia hamil seperti juga pasangan-pasangan lainnya… Atas saran dari banyak orang Anis mencoba konsultasi ke dokter kandungan. Seorang dokter wanita dipilihnya. Risih juga ketika menunggu giliran di ruang tunggu klinik, pasien di sekitarnya datang dengan perut membuncit dan obrolan ringan seputar kehamilan mereka. Atau ketika salah seorang diantara mereka bertanya sudah berapa bulan kehamilannya.

"Saya tidak sedang hamil, hanya ingin konsultasi saja…" senyum Anis sabar meski dadanya berdebar, sementara Mas Iqbal semakin pura-pura asyik dengan korannya. Anis bernafas lega ketika dokter menyatakan ia sehat-sehat saja. Hindari stress dan lelah, hanya itu nasehatnya.

Setahun berlalu. Ditengah kebahagiaan rumah tangganya ada cemas yang kian mengganggu Anis. Kerinduan menimang bayi semakin menghantuinya. Sering Anis gemas melihat tingkah polah anak-anak kecil disekitarnya, dan semakin bertanya-tanya apa yang terjadi dengan dirinya. Setelah itu mulailah usaha Anis dan suaminya lebih gencar dan serius mengupayakan kehamilan. Satu demi satu saran yang diberikan orang lain mereka lakukan, sejauh itu baik dan tidak melanggar syariat Islam. Beberapa dokter wanita juga kadang mereka datangi bersama, meski lagi dan lagi sama saja hasilnya. Sementara hari demi hari, tahun demi tahun terus berlalu.

Kadang Anis menangis ketika semakin gencar pertanyaan ditujukan padanya atau karena cemas yang kerap mengusik tidurnya. Mas Iqbal selalu sabar menghiburnya "Anis...apa yang harus disedihkan, dengan atau tanpa anak rumah tangga kita akan berjalan seperti biasa. Aku sudah sangat bahagia dengan apa yang ada sekarang. Insya Allah tidak akan ada yang berubah dalam rumah tangga kita…" goda Mas Iqbal suatu ketika seperti bisa membaca jalan pikirannya. Suaminya memang tahu kapan Anis sedang mendalam sedihnya dan harus dihibur agar tidak semakin larut dalam kesedihannya. Di saat-saat seperti itu memang cuma suaminya yang paling bisa menghiburnya, tentu saja disamping do'a dan berserah dirinya pada Allah. Kadang Anis heran kenapa Mas Iqbal bisa begitu sabar dan tenang, seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi. Dia selalu ceria dan optimis seperti biasa. Apakah memang pria tidak terlalu memasukkan unsur perasaannya atau mereka hanya pintar menyembunyikan perasaan saja? Anis tidak tahu, yang pasti sikap Mas Iqbal banyak membantu melewati masa-masa sulitnya.

Sebenarnya Anis juga bukan selalu berada dalam kondisi sedih seperti itu. Sesekali saja ia agak terhanyut oleh perasaannya, biasanya karena ada faktor penyulutnya, yang mengingatkan ia akan mimpinya yang belum terwujud itu. Selebihnya Anis bahagia saja, bahkan banyak aktivitas atau prestasi yang diraihnya. Buatnya tidak ada waktu yang disia-siakan. Selagi sempat, semua peluang dan kegiatan positif dilakukannya. Kadang-kadang beberapa teman menyatakan kecemburuannya terhadap Anis yang bisa melakukan banyak hal tanpa harus disibuki oleh rengekan si kecil. Anis tersenyum saja.

Anis juga tidak pernah menyalahkan teman-temannya kalau ketika sesekali bertemu obrolan banyak diisi tentang anak dan seputarnya. Buatnya itu hal biasa, usia mereka memang usia produktif. Jadi wajar saja kalau pembicaraan biasanya seputar pernikahan, kehamilan, atau perkembangan anak-anak mereka yang memang semakin lucu dan menakjubkan, atau cerita lain seputar itu. Biar bagaimanapun Anis menyadari menjadi ibu adalah proses yang tidak mudah dan perlu belajar atau bertukar pengalaman dengan yang lain. Tapi kadang-kadang, sesekali ketika Anis sedang sedih, rasanya ia tidak mau mendengar itu dulu. Anis senang juga jika ada yang berusaha menjaga perasaannya diwaktu-waktu tertentu, dengan tidak terlalu banyak bercerita tentang hal tersebut, bertanya, atau malah menyemangati dengan do'a dan dukungan agar sabar dan yakin akan datangnya si kecil menyemarakkan rumah tangganya.

Anis tersadar dari lamunannya. Diminumnya segelas air dingin dari lemari es. Sejuk sekali. Meskipun malam tapi udara terasa pengap. Ditambah lagi berwudhu ditengah malam, melunturkan sebagian besar kemelut dalam dadanya. Setelah membangunkan suaminya, Anis shalat malam berdua. Di akhir shalat air mata Anis membasahi sajadahnya. "Rabbi..., ampunilah dosa-dosa kami, jangan beri kami cobaan yang tidak kuat kami menanggungnya. Beri kami kekuatan dalam menjalani semuanya. Perkenankan kami memiliki buah hati pewaris kami, penerus kami dalam menegakkan Dien-Mu. Hanya ridha-Mu yang kami cari. Sungguh tidak ada yang lain lagi...". Selesai shalat Anis terlelap. Dalam mimpinya ia bermain bersama beberapa gadis kecil. Senang sekali.

*****

Suatu siang di kantornya, Anis sedang merancang sebuah ruang pameran. Ada festival Islam yang akan digelar, mungkin karena tidak banyak designer interior berjilbab rapi seperti Anis, ia dipercaya merancangnya. Ketika sedang mencorat-coret gambar, Fitri mengejutkannya, "Mbak Anis, ada tamu yang mau bertemu".

"Dari mana Fit ?" tanya Anis.

"Katanya dari Yayasan Amanah, mbak, mau menawarkan kerja sama".

"Iya deh, saya kedepan sepuluh menit lagi" jawab Anis.

Setelah bincang-bincang dengan tamunya akhirnya Anis menyepakati kerja sama menyantuni beberapa anak-anak yatim yang diasuh yayasan tersebut. Anis memang selalu menyisihkan rezkinya untuk mereka yang membutuhkan. Perusahaan mungil yang dikelolanya selalu berusaha menjalankan syariat Islam.

Sejak itu Anis punya kegiatan baru, menyantuni dan mengasuh beberapa anak yatim bersama yayasan tersebut. Tidak banyak kegiatan sebenarnya, hanya laba perusahaan kecilnya yang tidak seberapa disisihkan sebagian untuk disalurkan sebagai beasiswa untuk beberapa anak-anak tersebut. Itupun setelah dimusyawarahkan dengan semua teman-teman dan disetujui bersama. Tapi banyak hikmah yang Anis dapatkan. Sesekali Anis jadi bertemu dan bersahabat dengan mereka. Anak-anak yang ditinggalkan orang tuanya sehingga tidak seberuntung yang lain, yang mendapat curahan perhatian dan kasih sayang berlimpah dari orang tua. Mereka memang kurang beruntung, tapi kesabaran dan ketegaran mereka membuat Anis malu menyadari dirinya yang rapuh, mudah mengeluh dan sedih. Anis jadi menyadari betapa sebenarnya karunia yang diberikan Allah padanya begitu banyak dan berlimpah. Kalaupun ada satu atau dua hal yang luput, itu tidak seberapa dibandingkan dengan yang ia telah dapatkan. Anis jadi menata dirinya untuk lebih sabar dan banyak bersyukur. Dengan banyak bersyukur tentu Ia akan lebih banyak memberikan lagi nikmat-Nya.

*****

"Bu Anis, kuenya enak sekali..." puji Ina tulus. Mata polosnya bersinar senang. Ia memang anak yang manis, kelas 5 SD dan selalu ranking satu di kelasnya, ibunya hanya penjual gado-gado dengan tiga orang anak, sementara ayahnya sudah meninggal sejak Ina kelas satu. Minggu pagi cerah ini Anis memang mengundang beberapa anak asuhnya ke rumah beserta beberapa orang pengurus yayasan. Sejak kemarin ia dan Mas Iqbal pontang-panting menyiapkan semuanya. Sebenarnya bisa saja Anis pesan makanan, tapi entah kenapa ia ingin menyiapkan sendiri, untungnya Mas Iqbal setuju dan membantunya penuh.

"Bu Anis, sup nya Farouk tumpah...." jerit Atikah nyaring.

Anis sibuk melayani mereka, Mas Iqbal juga tak kalah repot. Sekarang Anis memang semakin dekat dengan mereka, ia berusaha memberikan kasih sayang dan perhatian atau bimbingan semampunya. Mereka banyak membuka mata dan hatinya. Anak-anak malang yang membutuhkan kasih sayang dan bimbingan.

Selesai acara Anis kecapekan luar biasa, anak-anak itu terkadang manja dan mencari perhatiannya saja, tapi Anis senang. Tamu-tamu kecil itu menyemarakkan rumahnya.

Keesokan paginya Anis bangun agak siang. Selesai shalat subuh dan menyiapkan keperluan Mas Iqbal, ia tertidur lagi. Suaminya berangkat kerja tanpa pamit, kasihan pada Anis yang sepertinya masih kelelahan. Anis sendiri tidak pergi kerja hari ini, ia sudah izin sebelumnya.

Jam setengah delapan pagi Anis terbangun oleh dering telepon dari ibunya.

"Anis, selamat ulang tahun ya…semoga semakin bertambah keimanannya, sehat, bahagia dan cepat mendapatkan momongan", ujar ibu mendo'akan.

"Terima kasih ya, Bu" Anis tersadar bahwa hari ini usianya bertambah lagi. Sebenarnya ia tak pernah menganggap istimewa, tapi kalau ada yang ingat ya senang juga.

"Masih sering sedih nggak?..." Ibu menggodanya. Selain Mas Iqbal memang ibu yang paling memahami perasaannya dan tentu saja yang paling sering menghibur dan mendo'akannya.

"Ingat lho Nis, apa saja yang kita dapatkan itu sudah hasil seleksi dari sana dan itu adalah yang terbaik untuk kita. Kita harus ikhlas, sabar, dan senang menerimanya. Istri-istri Rasululloh pun ada yang tidak diberi momongan dan itu bukan dosa. Yang penting kita tak putus usaha dan berdo'a, bagaimana hasilnya biar Allah saja yang menentukan", ibu menasehati.

"Iya Bu" jawab Anis hampir tak terdengar. Ia terharu ibu selalu memperhatikan dan menghiburnya.

Setelah menutup telpon dari ibu Anis dikejutkan lagi oleh selembar surat di meja, yang ini ucapan selamat dari Mas Iqbal rupanya. Anis tersenyum membacanya tapi matanya akhirnya basah juga. Suaminya memang selalu sabar dan penuh perhatian, tak pernah sekalipun ia menyakiti hati Anis, kalaupun ada perbedaan pendapat selalu ia selesaikan dengan bijak. Tiba-tiba Anis merasakan lagi betapa besar nikmat yang telah dilimpahkan kepadanya. Rasanya tidak ada lagi alasan untuk bersedih, apalagi putus asa. Kalau memang sudah tiba waktunya dan baik untuknya, tentu harapan dan do'anya akan dikabulkan. Ia yakin tidak akan ada do'a dan usaha yang sia-sia. Hanya Allah yang tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya, tidak mungkin Ia mendzholimi hamba-Nya dan Ia yang akan mengabulkan do'a. Insya Allah mungkin esok hari. Ya, siapa tahu… (er)

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui." (Al Ankabuut, 64)

Tugas Kuliah | Komentar pada Jurnal Internasional Program P2M Filariasis lengkap


A STUDY OF COVERAGE AND COMPLIANCE OF MASS DRUG ADMINISTRATION FOR ELIMINATION OF LYMPHATIC FILARIASIS IN REWA DISTRICT OF MADHYA PRADESH

Amarnath Gupta1, Pankaj Prasad, Sukhendra P Singh


Isu-isu
Filariasis merupakan masalah global. Lebih dari satu miliar orang berada dalam bahaya di sekitar 80 negara dan lebih dari 120 juta orang telah terpengaruh oleh itu. Ini adalah salah satu penyebab utama kecacatan permanen jangka panjang, terhitung lebih dari 5 juta cacat per tahun. Ini menyebabkan manifestasi kronis ireversibel, yang bertanggung jawab untuk stigma sosial selain menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar dan cacat fisik parah pada individu yang terkena. India menyumbang lebih dari sepertiga dari masalah filariasis limfatik global. Ini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di India selain Malaria.

Indikator
Dari 667 orang hanya 618 (92,65%) orang ditemukan melaksanakan untuk MDA. Tingkat cakupan adalah 80.42% dan tingkat kepatuhan yaitu dari orang yang berhak menerima tablet yang benar-benar dikonsumsi itu adalah 67.96%. Tingkat kepatuhan tertinggi (71,55%) pada 6-14 tahun dan kelompok usia terendah (61,11%) dalam 2-5 tahun kelompok umur. Tingkat Kepatuhan yang lebih tinggi diamati di antara perempuan (73,84%) dibandingkan dengan laki-laki sebagai (62,34%). Alasan ketidakpatuhan adalah (42,42%) orang tidak di rumah, pada saat itu dan (37.37%) lupa untuk mengambil tablet, (11,11%) orang tidak mengambil tablet karena takut efek samping. Hanya 1,90% orang mengalami efek samping. Sejauh pengetahuan tentang MDA yang bersangkutan (74,16%) memiliki pengetahuan tentang filariasis limfatik, (69,16%) dan hanya (27,5%) memiliki pengetahuan tentang penularan penyakit. Beberapa keluarga mengungkapkan kesulitan mereka dalam memberikan tablet untuk anak-anak dalam kategori 2-5 tahun.
            Untuk Indonesia sendiri yakni berindikator bahwa  minimal 85% dari penduduk berisiko tertular filariasis di daerah yang teridentifikasi endemis filariasis harus mendapat pomp filariasis. untuk itu pomp filariasis harus diarahkan berdasarkan prioritas wilayah menuju eliminasi filariasis tahun 2020. berdasarkan laporan tahun 2005-2009, cakupan POMP filariasis berkisar antara 28%-59.48%. cakupan ini masih jauh dari cakupan yang diharapkan. agar efektifitas pengobatan massal bisa tercapai, maka perlu dilakukan upaya peningkatan pencapaian cakupan. hal ini perlu menjadi perhatian bagi progam teknis maupun pemerintah kabupaten/kota sebagai unit implementasi. Target POMP filariasis pada tahun 2012 adalah 33.688.840 dan cakupan yang dicapai adalah 19.0490.000 (56,5%) untuk meningkatkan cakupan perlu dilakukan advokasi terus menerus kepada pemangku kebijakan di Kabupaten/Kota untuk mendapatkan komitmen dan kesinambungan penganggaran dalam upaya mencapai tujuan eliminasi filariasis di Indonesia tahun 2020. Tentunya, menurut Pusdiklat Aparatur  Badan PPSDM Kesehatan  Kementerian Kesehatan  2013, persentase cakupan pengobatan massal filariasis terhadap jumlah penduduk endemis oleh petugas kesehatan tahun 2013 adalah 60 %. Maka dengan ini menyatakan bahwa, perlunya penambahan target bagi kinerja petugas kesehatan dalam mencapai target POMP filariasis di Indonesia.
Semua cara pengobatan tersebut bila digunakan dengan benar pada penderita filariasis akan dapat menurunkan Mikrofilarial Rate (MF Rate) sehingga menghilangkan daerah-daerah endemik. Tetapi karena pengobatan harus dilakukan dalam waktu lama maka tingkat kepatuhan (compliance) sangat rendah sehingga program eliminasi tidak berhasil. Masa terapi yang lama, dengan efek samping yang terjadi sepanjang masa terapi tersebut menyebabkan pasien drop-out dan program pun gagal. Sulit membuat pasien mau menderita efek samping yang sebetulnya terjadi akibat reaksi tubuh terhadap mikrofilaria yang mati, atau dengan kata lain penderitaan sesaat itu sebetulnya menggantikan penderitaan berkepanjangan akibat penyakit. Selain itu, jumlah kabupaten POMP filariasis di wilayah Indonesia Bagian Barat lebih banyak di bandingkan dengan di wilayah Indonesia Bagian Tengah dan Timur. Padahal, apabila melihat tabel 1, kabupaten yang endemis lebih banyak terdapat di wilayah Indonesia Bagian Tengah dan Timur dibandingkan wilayah Bagian Barat. Gambar 2 pun mendeskripsikan bahwa provinsi dengan endemisitas tertinggi juga banyak terdapat di wilayah Indonesia Bagian Tengah dan Timur. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena kemampuan keuangan setiap kabupaten berbeda dan banyak kabupaten di wilayah Indonesia Bagian Tengah dan Timur memiliki kemampuan keuangan yang lebih rendah dibandingkan dengan wilayah Indonesia Bagian Barat. Kemampuan keuangan ini diperlukan dalam menunjang kegiatan operasional POMP filariasis di setiap kabupaten.


Penanggulangan
1.      Waktu MDA kampanye harus ditetapkan seperti untuk menjamin kesiap-sediaan maksimum masyarakat di rumah.
2.      Untuk mobilisasi sosial yang lebih baik.; Kegiatan KIE harus dilakukan secara rutin dan harus ditingkatkan sebelum kampanye MDA.
3.      Harus ada pelatihan dan pelatihan ulang tenaga kesehatan untuk menyadarkan mereka mengenai penularan filariasis dan pentingnya konsumsi pada obat.
4.      Harus ada ketentuan dari tindak lanjut kunjungan rumah untuk memastikan bahwa obat yang dikonsumsi oleh orang-orang yang tidak berada di rumah.
5.      Penyediaan paket kecil biskuit / siap untuk makan barang untuk memperbaiki konsumsi obat.





URBAN LYMPHATIC FILARIASIS IN THE METROPOLIS OF DAR ES SALAAM, TANZANIA

Mbutolwe E Mwakitalu, Mwelecele N Malecela, Erling M Pedersen, Franklin W Mosha and Paul E Simonsen

Isu-isu
Dunia telah menyaksikan peningkatan luar biasa dalam urbanisasi dalam beberapa dekade terakhir. Ini juga kasus untuk Sub-Sahara Afrika, di mana penduduk perkotaan telah tumbuh dari 11,2% pada tahun 1950 menjadi 36,3% pada tahun 2010 dan diperkirakan mencapai lebih dari 50% pada tahun 2040. Pertumbuhan ini sebagian karena migrasi dari desa ke kota dan sebagian untuk peningkatan alam di populasi perkotaan yang sudah ada. Banyak kota-kota tumbuh cepat di negara-negara berkembang yang ditandai dengan infrastruktur dasar yang tidak memadai, dan sebagian besar migran dari desa berakhir di permukiman informal dan tidak terencana di mana fasilitas dasar miskin atau tidak ada. Pada tahun 2010, 62% penduduk perkotaan di Sub-Sahara Afrika diperkirakan tinggal di permukiman kumuh, yang merupakan daerah perkotaan di mana rumah tangga tidak memiliki akses terhadap air bersih, sanitasi yang memadai, ruang hidup yang cukup, perumahan tahan lama dan keamanan kepemilikan . Kondisi tersebut menyediakan habitat yang menguntungkan bagi perkembangbiakan vektor penyakit termasuk filariasis limfatik (LF) yang dapat memiliki konsekuensi negatif berat bagi kesehatan manusia.
Tanzania juga menghadapi urbanisasi yang cepat, dengan sebagian besar terjadi di Dar es Salaam, ibukota komersial. Populasi Dar es Salaam telah meningkat lebih dari 30 kali selama 55 tahun terakhir, dari 129.000 di 1957, 4400000 pada tahun 2012. Dar es Salaam saat ini menduduki peringkat sebagai kota dengan pertumbuhan tercepat ke-3 di Afrika dan ke-9 di seluruh dunia. Lebih dari 65% dari penduduk di Dar es Salaam tinggal di permukiman dengan air yang buruk minum dan sanitasi, perumahan yang buruk, kepadatan penduduk dan kurangnya terorganisir pengumpulan sampah padat. Bagian dari Dar es Salaam sering banjir selama musim hujan, dan selokan tersumbat, saluran terbuka,  dan septic-tank jamban, yang mendukung perkembangbiakan produktif nyamuk Culex.
Filariasasis Sub-Sahara Afrika hasil dari infeksi dengan nyamuk filaria nematoda Wuchereria bancrofti. Vektor yang berperan untuk transmisi LF di daerah ini terutama Anopheles gambiae dan An. funestus. Namun, peran relatif Cx. quinquefasciatus telah menjadi semakin penting sebagai vektor di Afrika Timur pesisir, khususnya di lingkungan perkotaan dan semi-perkotaan.
            Diperkirakan bahwa Sub-Sahara Afrika memiliki sekitar 50 juta kasus LF, menjadi sekitar sepertiga dari beban global, dan Tanzania berada di peringkat negara ke-3 di Afrika dalam hal orang yang berisiko (34 juta) dan orang yang terinfeksi (6 juta). Kebanyakan penelitian tentang LF telah difokuskan pada daerah pedesaan, di mana beban infeksi dan penyakit tertinggi.
Di Dar es Salaam, terletak di pantai Afrika Timur, survei terakhir dan tempat pemeriksaan telah mendokumentasikan prevalensi tinggi LF, dan kasus-kasus microfilaraemia dan manifestasi klinis telah sering dicatat di klinik dan rumah sakit, tetapi tidak ada epidemiologi rinci Survei telah dilakukan.

Indikator
LF dikenal terjadi dengan prevalensi tinggi di daerah pedesaan Tanzania pesisir. Survei terakhir di Dar es Salaam juga menunjukkan prevalensi tinggi LF. Survei darah malam antara laki-laki di Dar es Salaam menunjukkan prevalensi mf dari 29% , 37% dan 16% , dan Minjas dan Kihamia  melaporkan prevalensi mf di Dar es Salaam menjadi 15-25 % pada orang dewasa di atas 30 tahun. Hal ini kontras yang kuat dalam penelitian ini, di mana prevalensi mf keseluruhan kurang dari 1% diamati pada populasi orang dewasa. CFA prevalensi umumnya jauh lebih tinggi dari prevalensi mf, tetapi juga prevalensi CFA dalam penelitian ini adalah rendah (keseluruhan 9,5% untuk orang dewasa dan 3,0% untuk anak sekolah). Sejumlah faktor mungkin berpengaruh untuk penurunan yang luar biasa ini:
1.    The Urban Malaria Program berlangsung telah sangat mengurangi jumlah nyamuk Anopheles, yang selain menjadi vektor malaria juga vektor sangat efisien LF di Sub-Sahara Afrika;
2.    Banyak daerah yang sebelumnya ditutupi dengan air permukaan, rawa dan vegetasi, menyediakan habitat Anopheles sp. telah mengering akibat aktivitas pembangunan.
3.    Cx. quinquefasciatus nyamuk berkembang biak mendalam di sebagian besar wilayah Dar es Salaam dan saat ini merupakan vektor yang paling penting dari LF. Namun, ini tampaknya agak pendek-tinggal di lingkungan perkotaan.
4.    Kelambu banyak digunakan, dan bersama-sama dengan skrining nyamuk rumah dan umumnya memperbaiki konstruksi rumah, telah mengurangi paparan nyamuk;
5.    MDA dengan kombinasi ivermectin dan albendazole dilaksanakan dua kali (2006 dan 2007) di Dar es Salaam oleh Program Nasional, meskipun dengan banyak tantangan logistik.
Untuk Indonesia, Tujuan umum dari program eliminasi filariasis adalah agar filariass tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia pada tahun 2020. Sedangkan tujuan khusus program adalah (a) menurunnya angka mikrofilaria menjadi kurang dari 1% di setiap kabupaten/kota, (b) mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis. Berdasarkan indikator yang digunakan Indonesia yakni mf<1%, maka daerah Tanzania dikatakan daerah yang tidak endemis lagi karena memiliki mf<1%. dari tahun 2008 sampai dengan 2011 kasus klinis filariasis meningkat dari tahun ke tahun, namun pada tahun 2012 kasus klinis filariasis ada penurunan sebesar 163 kasus, hal ini disebabkan adanya penderita yang meninggal karena penyakit lain atau umur yang sudah cukup tua. Jumlah tersebut belum menggambarkan situasi yang sebenarnya kemungkinan masih ada kasus lain yang belum dilaporkan sehingga masih perlu ditingkatkan penemuan kasus klinis filariasis di masyarakat. Daerah-daerah yang belum menjdi perkotaan seperti papua, papua barat, serta NTT memiliki jumlah kasus yang tinggi yang sesuai dengan hasil penelitian di atas. Selain itu, terus dilakukannya upaya personal preventif untuk mendukung pemberantasan filariasis  seperti perbaikan kontruksi rumah, pembersihan lingkungan, dan mengikuti program pengobatan massal.

Penanggulangan
Perkembangan sejauh ini menjanjikan, namun upaya terus diperlukan untuk menjamin penghapusan LF sebagai masalah kesehatan masyarakat. Ini akan mencakup peningkatan kesadaran masyarakat tentang peran nyamuk dalam penularan LF, implementasi yang lebih menyeluruh dari sanitasi lingkungan untuk mengurangi Cx. quinquefasciatus, kelanjutan MDA ke daerah berisiko tinggi, dan set-up program pengelolaan penyakit kronis LF.


INCREASING COVERAGE IN MASS DRUG ADMINISTRATION FOR LYMPHATIC FILARIASIS ELIMINATION IN AN URBAN SETTING: A STUDY OF MALINDI TOWN, KENYA

Doris W. Njomo, Dunstan A. Mukoko, Nipher K. Nyamongo, Joan Karanja

Isu-isu
Lebih dari satu miliar orang tinggal di daerah di mana mereka berada pada risiko infeksi akibat paparan terus-menerus untuk vektor nyamuk filariasis . Filariasis adalah penyakit yang menyakitkan dan mencacati, yang mengurangi kesehatan, peluang ekonomi dan interaksi sosial. Sekitar 41 juta orang di seluruh dunia memiliki tanda-tanda yang terlihat, lebih jauh 76 juta memiliki infeksi tersembunyi, paling sering dengan mikrofilaria dalam darah mereka dan tersembunyi kerusakan internal limfatik dan sistem ginjal dan sekitar 44 juta pasien yang terinfeksi memiliki infeksi berulang dan kelainan fungsi ginjal. Di sub-Sahara Afrika, diperkirakan bahwa sekitar 512 juta orang berada pada risiko infeksi dan sekitar 28 juta sudah terinfeksi.
Pencapaian cakupan pengobatan yang tinggi merupakan elemen kunci dalam penghapusan LF. Malindi daerah perkotaan telah menerima empat putaran MDA dan data program menunjukkan bahwa cakupan pengobatan mencapai jauh di bawah (48%, 46%, 46,5% dan 30%) yang direkomendasikan 80% dari memenuhi syarat. Relawan masyarakat, yang dikenal sebagai distributor obat masyarakat (CDDs) yang dipilih oleh anggota masyarakat untuk memberikan obat untuk individu di rumah mereka digunakan dalam empat putaran pengobatan. Hasil dari sebuah penelitian yang dilakukan di daerah pedesaan Malindi Kabupaten pada tahun 2009 menunjukkan bahwa di mana populasi memiliki status sosial yang lebih tinggi, cakupan pengobatan mencapai rendah dan tidak suka untuk metode distribusi obat saat ini karena ketidakpercayaan terhadap distributor adalah alasan umum untuk cakupan rendah, ditandai dengan tantangan seperti: pendaftaran penduduk sebelum MDA karena adanya populasi non-penduduk; aksesibilitas terbatas dari penduduk kota untuk menerima perawatan door-to-door dan kebutuhan untuk memperoleh izin orang tua tertentu. Program dukungan yang tidak memadai dan advokasi untuk strategi komunikasi yang efektif; kesadaran persepsi akan risiko LF rendah; kepatuhan rendah karena informasi yang tidak memadai; pendidikan dan komunikasi bahan; kurangnya keseragaman dalam kebutuhan untuk MDA di seluruh strata sosial ekonomi yang berbeda.

Indikator
Hasil penelitian menunjukkan cakupan pengobatan baik di sublokasi percobaan, 77,1% di Shella dan 66,0% di Barani. Central (kontrol) sub-lokasi juga mencapai cakupan yang tinggi, 70,4% menunjukkan cakupan pengobatan rata-rata 71%.  Indikator yang hampir mencapai maksimum yakni di Kenya diterapkan indicator cakupan POMP filariasis 80% dimana Indonesia menerapkan indicator cakupan POMP filariasis 85%. Tinggal butuh pengembangan dan peningkatan upaya kampanye dan sosialisasi terhadap masyarakat akan pentingnya POMP dalam mencegah filariasis.

Penanggulangan
Studi ini menyajikan peran penting yang dimainkan oleh berbagai metode sensitisasi masyarakat menggunakan berbagai bahan untuk meningkatkan cakupan pengobatan dan kampanye MDA agar berhasil di daerah perkotaan. Pertama, adalah penting untuk melibatkan semua pemangku kepentingan dan perwakilan masyarakat dalam perencanaan dan proses implementasi MDA. Yang penting, Program Pelaksana harus melibatkan semua pemimpin di mobilisasi masyarakat untuk penciptaan kesadaran yang lebih baik tentang MDA dan manfaatnya. Kedua, jumlah CDDs serta lamanya periode distribusi perlu ditingkatkan untuk interaksi yang lebih baik dengan anggota masyarakat. The CDDs perlu diberi lencana identifikasi dan remunerasi yang memadai karena standar tinggi yang tinggal di perkotaan. Ketiga, metode dari rumah ke rumah distribusi sangat penting untuk memperoleh persetujuan dari kepala rumah tangga perkotaan dan akibatnya pencapaian cakupan pengobatan yang tinggi.

Makalah Ergonomi dan Hiperkes | Sakit dan Cacat akibat Keja


BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian.
Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Pengalaman empiris menunjukkan bahwa pencapaian kinerja manajemen K3 sangat tergantung kepada sejauh mana faktor ergonomi telah terperhatikan di perusahaan tersebut. Kenyataannya, kecelakaan kerja masih terjadi di berbagai perusahaan yang secara administratif telah lulus audit sistem manajemen K3.
Tahun 2007, menurut Jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697 orang cedera. Data kecelakaan tersebut mencakup seluruh perusahaan yang menjadi anggota Jamsostek dengan jumlah peserta sekitar 7 juta orang atau sekitar 10% dari seluruh pekerja Indonesia. Dengan demikian, angka kecelakaan mencapai 930 kejadian untuk setiap 100.000 pekerja setiap tahun. Oleh karena itu, jumlah kecelakaan keseluruhannya diperkirakan jauh lebih besar. Bahkan menurut World Economic Forum tahun 2006, angka kematian akibat kecelakaan kerja di Indonesia mencapai 17-18 untuk setiap 100.000 pekerja (Soehatman, 2010).
Anas Zaini Z Iksan selaku Ketua Umum Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (A2K4) mengatakan setiap tahun terjadi 96.000 kasus kecelakaan kerja. Dari jumlah ini, sebagian besar kecelakaan kerja terjadi pada proyek jasa konstruksi dan sisanya terjadi di sektor industri manufaktur (Bataviase, 2010). Hasil penelitian yang diadakan ILO (Organisasi Perburuhan Internasional) mengenai standar kecelakaan kerja menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan ke-152 dari 153 negara yang ditelitinya. Ini berarti, begitu buruknya masalah kecelakaan kerja di Indonesia (Portal Nasional Republik Indonesia, 2010). Sedangkan sumber lain mengatakan bahwa per Juli 2009, Indonesia duduki peringkat ke 141 dari 156 negara dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Terdapat pula sumber lain yang mengatakan bahwa pada 2007 saja, angka kecelakaan kerja mencapai 95 ribu kasus dan angka tersebut menempatkan Indonesia di ranking 52 dunia (dimungkinkan beda organisasi dan jumlah sampel). Jumlah masyarakat Indonesia yang mendapatkan jaminan kesehatan baru sekitar 48 persen. Jumlah ini masih lebih rendah dibanding dengan negara Vietnam yang sudah mencapai 55 persen dan negara Filipina sebesar 76 persen. Menunjukkan kesadaran Indonesia secara umum terhadap kesehatan termasuk kesehatan kerja masih kurang. Berdasarkan data dari departemen tenaga kerja dari 97 juta jiwa pekerja hanya terdapat 1300 petugas pengawas. Jumlah yang tidak seimbang tersebut mengakibatkan pengawsan terhadap hak -hak pekerja (termasuk jaminan keselamatan dan kesehatan kerja) menjadi tidak maksimal (dari sumber yang dipublikasikan pada tahun 2008).
Sangat disayangkan apabila ergonomi sering disalah-artikan dan hanya dikaitkan dengan aspek kenyamanan (perancangan kursi) atau dimensi fisik tubuh manusia. Akibatnya, aplikasi ergonomi masih belum dianggap penting, terutama di perusahaan – perusahaan di Indonesia, sehingga banyak sekali rancangan sistem kerja yang tidak ergonomi. Hal ini terlihat dari ketidaksesuaian antara pekerja dengan cara kerja, mesin, atau alat kerja yang dipakai, lingkungan tempat kerja, atau menyangkut pengaturan beban kerja yang tidak optimal. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.

1.2         Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan sakit dan cacat?
2.      Bagaimana konsep ergonomi dalam linkungan kerja?
3.      Bagaimana dampak dari kerja tidak ergonomis yang berakibat pada sakit atau cacat?
4.      Apa penyebab dari sakit atau cacat diakibatkan karena kerja yang tidak ergonomis?
5.      Bagaimana pencegahan dari sakit atau cacat akibat kerja yang tidak ergonomis?
6.      Bagaimana kasus yang ada tentang sakit atau cacat akibat kerja yang tidak ergonomis.

1.3         Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui definisi sakit dan cacat?
2.      Untuk mengetahui konsep ergonomi dalam lingkungan kerja?
3.      Untuk mengetahui dampak dari kerja tidak ergonomis yang berakibat pada sakit atau cacat?
4.      Untuk mengetahui penyebab dari sakit atau cacat diakibatkan karena kerja yang tidak ergonomis?
5.      Untuk mengetahui langkah pencegahan dari sakit atau cacat akibat kerja yang tidak ergonomis?
6.      Untuk mengetahui kasus yang ada tentang sakit atau cacat akibat kerja yang tidak ergonomis serta solusi yang diberikan.


1.4         Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi pembaca yakni sebagai berikut :
1.      Menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai masalah ergonomi ditempat kerja.
2.      Sebagai sarana informasi bagi pekerja dan perusahaan untuk lebih memperhatikan tentang masalah ergonomi ditempat kerja.
3.      Dapat dijadikan sebagai referensi dalam penulisan selanjutnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Pengertian Sakit dan Cacat
            Sakit adalah persepsi seseorang bila merasa kesehatannya terganggu. Sakit yaitu defiasi / penyimpangan dari status sehat yakni sehat adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU. No. 36 Tahun 2009). Menurut Pemons (1972), sakit merupakan gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya. Bauman (1965) mengemukakan bahwa Seseoang menggunakan tiga kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit :
1.        Adanya gejala : Naiknya temperature dan nyeri.
2.        Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, dan sakit.
3.        Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja dan sekolah.
          Penyakit adalah istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkuranya kapasitas.
          Berbeda dengan definisi sakit, Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia cacat adalah kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau kurang sempurna. Disabilitas atau cacat adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya; suatu pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi kehidupan.

2.2     Konsep Ergonomi dalam Linkungan Kerja
2.2.1  Pengertian Ergonomi
            Ergonomi yaitu ilmu yang penerapanya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan factor manusia seoptimal-optimalnya. (Dr. Suma’mur P.K, M.Sc : 1989 hal 1). Ergonomi adalah komponen kegiatan dalam ruang lingkup hiperkes yang antara lain meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbale balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.
            Ergonomi mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan manusia. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress atau tekanan yang akan dihadapi. Salah satu upaya yang dilakukan antara lain menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembapan. Hal ini bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada salah satu definisi yang menyebutkan bahwa ergonomi bertujuan untuk “fitting the job to the worker”. Ergonomi juga bertujuan  sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya. (ILO)

2.2.2  Tujuan, Manfaat dan Ruang Lingkup Ergonomi
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat. Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ilmu ergonomi.
Tujuan-tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut (Tarwaka, 2004):
·       Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
·       Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
·       Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja. Menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi, yaitu sebagai berikut:
·           Bekerja dalam posisi atau postur normal.
·           Mengurangi beban berlebihan.
·           Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan.
·           Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh.
·           Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan.
·           Minimalisasi gerakan statis.
·           Minimalisasikan titik beban.
·           Mencakup jarak ruang.
·           Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.
·           Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja.
·           Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti.
Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:
·           Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
·           Menurunnya kecelakaan kerja.
·           Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
·           Stress akibat kerja berkurang.
·           Produktivitas membaik.
·           Alur kerja bertambah baik.
·           Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
·           Kepuasan kerja meningkat.

2.2.3   Metode-metode Ergonomi
1.        Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2.        Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3.        Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.

2.2.4   Aplikasi Ergonomik
1.        Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2.        Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3.        Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4.        Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
5.        Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:
·         Laki-laki dewasa 40 kg
·         Wanita dewasa 15-20 kg
·         Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
·         Wanita (16-18 th) 12-15 kg
6.          Organisasi kerja
            Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
·    Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
·    Frekuensi pergerakan diminimalisasi
·    Jarak mengangkat beban dikurangi
·    Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
·    Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
7.        Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
·         Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
·    Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1         Sakit, Cacat dan Permasalahan Kesehatan Akibat Kerja yang Tidak Ergonomis
Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) atau ergonomi di tempat kerja. Oleh karena itu, jika suatu sistem tidak menerapkan K3 atau ergonomi atau menerapkannya tapi masih minimal atau menerapkannya tapi kurang tepat dengan cara yang salah atau buruk maka dapat mengakibatkan kecelakan-kecelakaan kerja. Di bawah ini, sakit atau cacat yang timbul akibat kerja yang tidak ergonomis :
Saat Kondisi tidak Ergonomis
Sakit/Cacat
Beban Angkat
HNP,LBP
Cara Mengangkat
Trauma Otot & Sendi
Posisi tidak ergonomis
Mosculeskeletal disorder
Gerakan Repetitif
Carpal tunel syndrome
Konstraksi Statis
Kelelahan, nyeri otot

3.1.1   MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)
Keadaan timbulnya MSDS pada pekerja umumnya diketahui dari keluhan pada otot pekerja tersebut. Secara garis besar, keluhan pada otot dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a.       Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi akibat otot dikenai suatu beban, dan keluhan ini akan hilang bila pembebanan dihentikan.
b.    Keluhan menetap (irreversible), yaitu keluhan otot yang walaupun pembebanan telah dihentikan, sakit atau nyeri pada otot masih terasa.
1.             HNP (Hernia Nukleus Pulposus)
HNP adalah suatu keadaan di mana sebagian atau seluruh bagian dari nukleus pulposus mengalami penonjolan kedalam kanalis spinalis. Penyebab HNP sendiri bermacam-macam, mulai dari gerakan yang salah sehingga tulang punggung mengalami penyempitan kebawah, ada juga yang karena sering membawa beban berat pada posisi yang salah sehingga pada saat dewasa tulang punggungnya mennyempit dan menjepit saraf.
2.        LBP (Low Back Pain)
Low Back Pain (LBP) atau dalam bahasa indonesia adalah nyeri punggung bawah (NPB) adalah suatu gejala berupa nyeri dibagian pinggang yang dapat menjalar ke tungkai kanan atau kiri. Faktor risikonya ialah mengangkat beban  berat berulang, membungkuk, gerak berlebihan, dan menggunakan alat  dengan getaran. Postur statik, misalnya, duduk terlalu lama juga  merupakan faktor risiko utama.
3.      Carpal Tunel Syndrome (CTS)
CTS terjadi akibat gerakan repetitif dari pergelangan tangan yang menekuk, memegang benda kerja atau perkakas dengan sangat erat, atau secara terus-menerus menekankan pergelangan tangan pada benda kerja yang keras. Gejala-gejala umum pada CTS ini adalah pergelangan tangan yang mati rasa, terasa kebas, terasa seperti terbakar, dan nyeri. Dalam beberapa kasus, bahkan timbul tonjolan otot di dasar ibu jari, telapak tangan yang kering dan memucat, serta keadaan tangan yang sulit digerakkan.
4.      Raynaud’s syndrome
Raynaud’s syndrome atau yang lebih dikenal dengan white finger disease merupakan masalah WMSD di saraf dan pembuluh darah tangan. Sindrom ini sering disebabkan oleh penggunaan peralatan kerja yang menimbulkan getaran. Akibat getaran ini serta rendahnya temperatur lingkungan kerja, pekerja kemudian mengalami mati rasa dan kebas pada jari-jari tangannya. Jemari pekerja kemudian berubah menjadi putih pucat, kemudian biru, dan akhirnya merah.
5.      Tendinitis
Tendinitis merupakan radang dan luka di tendon, yang disebabkan oleh pergerakan berulang dari sambungan tulang dan otot (joint).Gejala-gejala yang muncul dari MSDs ini adalah nyeri seperti terbakar, tendon yang membengkak, jari yang menggeretak atau berderik (crepitus), dan Ganglionic cysts. Tendonitis berkaitan erat dengan pekerjaan yang memerlukan gerakan berulang (seperti penggunaan staple gun), serta gerakan memutar atau memelintir (contohnya pada penggunaan obeng). Peralatan atau perkakas kerja yang terlalu kecil atau terlalu besar untuk ukuran tangan pekerja juga turut menambah tekanan pada tendon.
6.        Thoraris outlet syndrome
Thoraris outlet syndrome merupakan diagnosa MSDs lainnya. Sindrom ini berupa pengurangan aliran darah di daerah bahu dan lengan, yang disebabkan oleh pekerjaan di atas kepala atau membawa beban berat di tangan dengan posisi lengan yang lurus ke bawah terus-menerus. Diagnosa lainnya adalah Carpet layer’s knee, yaitu sindrom MSDs yang disebabkan oleh lutut yang berulang kali bertumpu di lantai, saat melakukan pekerjaan menggelar karpet.
7.             Skoliosis
Skoliosis adalah keadaan melengkungnya tulang belakang seperti huruf ’S’, dimana intervertebral discs dan tulang vertebra retak. 
8.             Spondylolisthesis
Spondylolisthesis terjadinya pergeseran tulang vertebra ke depan sehingga posisi antara vertebra yang satu dengan yang lain tidak sejajar. Diakibatkan oleh patah pada penghubung tulang di bagian belakang vertebra. 
9.             Acute torticollis adalah salah satu bentuk dari nyeri akut dan kaku leher
10.         Epicondylitis adalah kondisi yang sangat menyakitkan dimana otot yang menggerakkan tangan dan jari bertemu dengan tulang.

3.1.2   Cumulative Trauma Disorder (CTD)
Penyakit timbul karena terkumpulnya kerusakan-kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan yg cukup besar dan menimbulkan rasa sakit (rasa nyeri, kesemutan, pembengkakan). Gejala CTD muncul pada jenis pekerjaan yg monoton, sikap kerja tdk  alamiah, penggunaan otot melebihi kemampuan Faktor risiko terjdnya CTD adalah sikap tubuh yg janggal, gaya melebihi kemampuan jaringan,lama wkt saat melakukan kegiatan yg janggal,

3.1.3   Kelelahan atau Fatigues
Selain itu, pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan / membaginya sebagai berikut :
1.      Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
2.      Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
3.      Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.

3.2         Faktor Risiko Penyebab Sakit Atau Cacat Akibat Kerja yang Tidak Ergonomis
Faktor-faktor Risiko ergonomi adalah unsur-unsur tempat kerja yang berhubungan dengan ketidak nyamanan yang dialami pekerja saat bekerja, dan jika diabaikan, lama-lama bisa menambah kerusakan pada tubuh pekerja diakibatkan kecelakaan. (UCLA-LOSH).
Secara garis besar, faktor-faktor ergonomi yang menyebabkan risiko sakit atau cacat dapat dipaparkan sebagai berikut:
a.         Repetitive Motion
Repetitive Motion atau melakukan gerakan yang sama berulang-ulang. Resiko yang timbul bergantung dari berapa kali aktivitas tersebut dilakukan, kecepatan dalam pergerakan/perpindahan, dan banyaknya otot yang terlibat dalam kerja tersebut. Gerakan yang berulang-ulang ini akan menimbulkan ketegangan pada syaraf dan otot yang berakumulatif. Dampak resiko ini akan semakin meningkat apabila dilakukan dengan postur/posisi yang kaku dan penggunaan usaha yang terlalu besar.
b.      Awkward Postures
Sikap tubuh sangat menentukan sekali pada tekanan yang diterima otot pada saat aktivitas dilakukan. Awkward postures meliputi reaching, twisting, bending, kneeling, squatting, working overhead dengan tangan maupun lengan, dan menahan benda dengan posisi yang tetap. Sebagi contoh terdapat tekanan/ketengan yang berlebih pada bagian low back seperti aktivitas mengangkat benda.
c.       Contact stresses
Tekanan pada bagian tubuh yang diakibatkan karena sisi tepi atau ujung dari benda yang berkontak langsung. Hal ini dapat menghambat fungsi kerja syaraf maupun aliran darah. Sebagai contoh kontak yang berulang-ulang dengan sisi yang keras/tajam pada meja secara kontinu.
d.        Vibration
Getaran ini terjadi ketika spesifik bagian dari tubuh atau seluruh tubuh kontak dengan benda yang bergetar seperti menggunakan power handtool dan pengoperasian forklift mengangkat beban.
e.         Forceful exertions (termasuk lifting, pushing, pulling)
Force adalah jumlah usaha fisik yang digunakan untuk melakukan pekerjaan seperti mengangkat benda berat. Jumlah tenaga bergantung pada tipe pegangan yang digunakan, berat obyek, durasi aktivitas, postur tubuh dan jenis dari aktivitasnya.
f.         Duration
Durasi menunjukkan jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan suatu pekerjaan. Semakin lama durasinya dalam melakukan pekerjaan yang sama akan semakin tinggi resiko yang diterima dan semakin lama juga waktu yang diperlukan untuk pemulihan tenaganya.
g.        Static Posture
   Pada waktu diam, dimana pergerakan yang tak berguna terlihat, pengerutan supplai darah, darah tidak mengalir baik ke otot. Berbeda halnya, dengan kondisi yang dinamis, suplai darah segar terus tersedia untuk menghilangkan hasil buangan melalui kontraksi dan relaksasi otot.
·         Pekerjaan kondisi diam yang lama mengharuskan otot untuk menyuplai oksigen dan nutrisi sendiri, dan hasil buangan tidak dihilangkan. Penumpukan Local hypoxia dan asam latic meningkatkan kekusutan otot, dengan dampak sakit dan letih (grandjean, 1980)
·         Contoh dari ganguan statik termasuk didalamnya: meningkatkan bahu untuk periode yang lama, menggenggam benda dengan lengan mendorong dan memutar benda berat, berdiri di tempat yang sama dalam waktu yang lama dan memiringkan kepala kedepan dalam waktu yang lama.
·         Diperkirakan semua pekerjaan itu dapat di atur dalam beberapa jam per hari tanpa gejala keletihan dalam jika menggunakan gaya yang besar tidak boleh melebihi 8 % dari maksimum gaya otot (Graendjean, 1980).
h.      Physical Environment; Temperature & Lighting
Pajanan pada udara dingin, aliran udara, peralatan sirkulasi udara dan alat-alat pendingin dapat mengurangi  keterampilan tangan dan merusak daya sentuh. penggunaan otot yang berlebihan untuk memegang alat kerja  dapat menurunkan resiko ergonomik.  tekanan udara  panas dari panas, lingkungan yang lembab dapat menurunkan seluruh tegangan fisik tubuh dan akibat di dalam panas kelelahan  dan heat stroke. Begitu juga dengan pencahayaan yang inadekuat dapat merusak salah satu fungsi organ tubuh, seperti halnya pekerjaan menjahit yang didukung oleh pencahayaan yang lemah mengakibatkan suatu tekanan pada mata yang lama-lama membuat keruasakan yang bisa fatal.
9.    Other Condition
·         Kekurangan kebebasan dalam bergerak adalah dipertimbangkan sebagai faktor resiko, ketika pekerjaan operator dengan sepenuhnya telah di perintah oleh orang lain. kandungan kerja dan pengetahuan dipertimbangkan faktor resiko yang lain, ketiha operator hanya melakukan satu tugas dan tidak memeliki kesempatan untuk  belajar satu macam kemampuan ataun tugas.
·         Faktor tambahan dimasukkan organisasi asfek sosial, tidak dikontrol gangguan, ruang kerja, beratnya bagian kerja, dan sift kerja.

3.3 Pencegahan Sakit dan Cacat Akibat Kerja yang Tidak Ergonomis
Untuk melakukan pencegahan terhadap sumber bahaya ada 3 strategi yang dapat dilakukan meliputi:
a.       Pencegahan secara teknis misalnya terhadap jalur pemindahan material, komponen dan produk, merubah proses atau benda untuk mengurangi paparan bahaya pada pekerja, merubah layout tempat kerja, merekayasa bentuk desain komponen, mesin dan peralatan, memeprbaiki merode kerja dan lainnya.
b.      Pencegahan secara administratif misalnya dengan memberikan pelatihan kerja, variasi jenis pekerjaan, memberikan pelatihan tentang faktor-faktor bahaya di tempat kerja, melakukan rotasi pekerjaan, mengurangi jam kerja dan mengatur shift kerja, memberikan istirahat yang cukup dan lainnya.
c.       Menggunakan alat perlindungan diri misalnya masker, sarung tangan, pelindung mesin dan lainnya.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

   Sakit adalah persepsi seseorang bila merasa kesehatannya terganggu. Sakit yaitu defiasi / penyimpangan dari status sehat yakni sehat adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU. No. 36 Tahun 2009). Menurut Pemons (1972), sakit merupakan gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.

   Ergonomi yaitu ilmu yang penerapanya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan factor manusia seoptimal-optimalnya

Metode-metode Ergonomi
1.      Diagnosis
2.      Treatment
3.      Follow-up

   Pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) atau ergonomi di tempat kerja. Oleh karena itu, jika suatu sistem tidak menerapkan K3 atau ergonomi atau menerapkannya tapi masih minimal atau menerapkannya tapi kurang tepat dengan cara yang salah atau buruk maka dapat mengakibatkan kecelakan-kecelakaan kerja.

4.2   Saran

  Dalam uraian penyusunan ini, diajukan saran-saran untuk dijadikan bahan pertimbangan, yaitu di dalam melakukan kegiatan sebaiknya melihat ataupun memperhatikan pencegahan-pencegahan yang ergonomis sesuai dengan strategis-strategis yang telah dijelaskan diatas.

 
Copyright 2010 Feyzar Muhammad. Powered by Blogger
Blogger Templates created by DeluxeTemplates.net
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase